Kamis, 20 Agustus 2020

Wisuda di Masa Pandemi

Pandemi virus corona pada tahun 2020 ini memberikan dampak pada berbagai sektor di Indonesia, salah satunya universitas. Aku bersama temen-temen yang sebelumnya dijadwalkan wisuda bulan Mei (gelombang 3) harus ditunda hingga waktu yang masih belum ditentukan. Pada akhirnya ~jedeeer~ Unpad mengumumkan bahwa pelaksanaan wisuda gelombang 3 akan disatukan dengan wisuda bulan Agustus (gelombang 4), tepatnya tanggal 5 Agustus 2020 secara daring dan luring. Unpad juga memberi beberapa pilihan yaitu mahasiswa bisa mengikuti, menunda, atau tidak mengikuti wisuda di bulan Agustus sekarang. Hal pertama yang terbayang setelah baca pengumuman ini adalah pakai toga di depan laptop :") Akhirnya diri ini menerima untuk wisuda online karena wisuda gelombang berikutnya pun masih belum tau pelaksanaannya akan seperti apa.

Tapi siapa sangka, beberapa hari kemudian dapet telfon dan ditawari buat wisuda di gedung. Akhirnya aku mengiyakan tawaran tersebut. Beberapa hari sebelum wisuda, aku dan mahasiswa lain yang ikut wisuda Agustus baik secara daring atau luring pergi ambil toga di Unpad DU. Rasanya beda banget sama waktu S1 dulu. Yang biasanya antriannya superbb panjang sekarang antriannya gak banyak dan menerapkan protokol kesehatan, mulai dari jaga jarak, pake masker, dll. Pas ambil toga ini pun aku baru tau kalau dari jenjang S2 di fakultas aku ini cuma 2 orang yang ikut wisuda sekarang. 

Beberapa hari sebelum hari-H wisuda, aku pun kepikiran nanti makeup atau ngga wkwk, karena lagi pandemi, jadi agak beresiko. Akhirnya aku memutuskan make up sendiri dan belajar tutorialnya dari youtube pas H-1 wisuda 😂. Alhamdulillahnya kebaya udah ada, tinggal hijab yang beli secara online. Jadi bener-bener beda juga sama wisuda 3 taun lalu yang ngacir nyari kebaya, nyari MUA dll. Persiapan wisuda sekarang santuy banget.

2 hari sebelum wisuda, mahasiswa yang kebagian wisuda secara luring harus mengikuti gladi bersih di Graha Sanusi Unpad. Agak kaget karena begitu masuk Granus duduknya jauh-jauhan banget dan ga ada yang kenal sama sekali. Gladi tampak sangat berbeda dari wisuda S1 3 tahun yang lalu, karena gladi yang sekarang menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Aku pun pergi ke Granus saat Hari-H wisuda. Yang biasanya sebelum masuk Unpad DU itu macet dan ramai pas wisuda, sekarang lancar jaya dan gak banyak kendaraan. Tukang bunga dan boneka yang biasanya berjejer dari gerbang selatan sampai gerbang satunya lagi di samping, pagi itu hanya terlihat 1-2 penjual aja. Sekitar jam 09.00, wisudawan dikondisikan terlebih dulu sebelum masuk ke Granus. Kami diberi masker Unpad yang disesuaikan dengan warna toga dan juga diberi sarung tangan. Saat berbaris di luar pun harus menjaga jarak dengan yang lain. Wisudawan yang hadir di Granus sekitar kurang lebih 60 orang, jadinya sepi. Kami juga diperiksa suhu sebelum masuk ke Granus. Wisuda kali ini dilaksanakan untuk seluruh fakultas dengan 1 sesi saja. Sebelum wabah, biasanya Unpad mengadakan wisuda selama 2-3 hari dan dibagi menjadi 2 sesi per-harinya. 


Prosesi wisuda pun dimulai. Rektor beserta jajarannya, juga dekan dari setiap fakultas menggunakan masker dan sarung tangan, sebagaimana protokol kesehatan. Prosesinya ada yang sama tapi ada yang berbeda juga dengan prosesi wisuda sebelum wabah corona. Selama di dalem Granus, jujur aku ngerasa kesepian, karena sama temen kenalan di sebelah pun sulit berkomunikasi karena jarak besar yang misahin kita, juga menggunakan masker. Akhirnya setelah prosesi wisuda ditutup, aku pun chat2an soal wisuda kali ini sama Bu Diah yang ikut wisuda secara daring, jadi bisa menurunkan rasa kesepian ini.


Setelah wisudawan dibubarkan, kami pun bertemu keluarga masing-masing. Yang biasanya ada arak-arakan wisudawan setiap fakultas, sekarang gak ada samsek. Sebagian besar wisudawan merayakan bersama keluarganya masing-masing, dan yang mengikuti wisuda daring pun aku yakin pasti sama. 

Jadi begitulah cerita singkat pengalaman perdana wisuda saat wabah corona melanda Indonesia..  Banyak sekali perbedaan dari wisuda gelombang 3 dan 4 tahun 2020. Terimakasih Unpad

Kamis, 04 Juni 2020

Anime Chihayafuru

Chihayafuru merupakan salah satu manga karya Yuki Suetsugu yang selanjutnya diadaptasi jadi anime dan live action. Sebelum baca manga, aku nonton animenya duluan sampai season ke-2 karena sebelumnya ngga tau kalau anime ini diadaptasi dari manga.

Sampai Juni 2020, anime Chihayafuru ada 3 seasons. Seasons ke-1 tayang tahun 2011. Anime ini punya 3 tokoh utama di dalamnya, yaitu Ayase Chihaya, Mashima Taichi, dan Wataya Arata. Sinopsis singkatnya, jadi Chihayafuru ini nyeritain tentang kisah perjalanan karuta Chihaya selama masa SMA nya. Karuta adalah salah satu permainan asli Jepang yang cara mainnya itu dengan ngambil kartu secepat mungkin setelah puisi dibacain

Semasa kecilnya, Chihaya sama Taichi udah kenal deket banget. Waktu kelas 6, kelas mereka kedatangan murid baru, Arata. Arata jago banget main karuta dan udah menjuarai banyak turnamen karuta se-Jepang. Gak disangka-sangka, Chihaya malah jadi gila karuta semenjak diajarin Arata. Sementara Taichi ga suka saat mereka berdua semakin deket gara-gara karuta, tapi berkat satu kejadian saat turnamen karuta di sekolah mereka, Chihaya, Taichi, dan Arata jadi deket, bahkan ikut turnamen karuta barengan jadi 1 tim di perkumpulan karuta Shiranami. Kebersamaan mereka ga berlangsung sama waktu itu, karena Taichi dan Arata harus ninggalin Chihaya karena mereka masuk SMP yang berbeda. Cerita masa-masa kecil Chihaya, Taichi, sama Arata di season ke-1 ditayangin secara singkat, hanya 3 episode.

Chihaya, Arata, dan Taichi semasa kecil

Di season ke-1 lebih banyak nyeritain perjuangan Chihaya pas 4 tahun kemudian ngebentuk tim karuta di sekolahnya, SMA Mizusawa bareng temen masa kecilnya, Taichi. Jadi mereka berdua dipertemukan kembali di SMA. Taichi di SMA bener-bener berubah karena jadi cogan banget, dan Chihaya juga banyak disukain temen-temennya karena cantik. Taichi  bener-bener berkorban banyak hal demi bikin tim karuta bareng Chihaya. Setelah terbentuk tim karuta, Chihaya, Taichi, dan 3 anggota baru lainnya yaitu Kana-chan, Tsukue, dan Nikuman mulai berlatih keras, sehingga bisa ikutan turnamen-turnamen bergengsi dan turnamen antar sekolah. Perjuangan dari nol banget bakal diceritain di season ke-1 ini, jadi feelnya kerasa banget, tapi jujur yang bikin paling gereget adalah sebenernya hubungan Chihaya dan Taichi yang mega friendzone wkwk.. nyesek banget

Chihayafuru Season 1. Arata (kiri), Chihaya (tengah), Taichi (kanan) pas SMA

Klub karuta SMA Mizusawa

Saat SMA, Yuki Suetsugu bikin karakter Chihaya yang heboh, tomboy, gila karuta, dan cantik banget. Beda sama Arata, karakter Arata di anime ini jago banget main karuta, agak malu-malu, dan kadang suka bikin aku ketawa karena sifatnya yang apa adanya. Taichi punya sifat peduli dan pinter banget dalam segala hal, baik akademik atau kegiatan non akademik, tapi soal karuta, kemampuan Taichi masih di bawah Arata.

Di Season ke-2 animenya, muncul karakter-karakter baru yang gabung sama tim karuta SMA Mizusawa, yaitu Sumire dan Tsukuba. Kemunculan Tsukuba bener-bener jadi bumbu humor banget karena karakternya yang aneh. Walaupun anggotanya jadi berjumlah 7 orang, Chihaya dan timnya makin kompak. Di season ke-2 ini, Chihaya dan timnya mulai ketemu tim-tim karuta sekolah lain yang karakter main karutanya semakin bervariasi dan level yang berbeda-beda.

Chihayafuru Season 2

Nah, disini Arata yang tinggal di Fukui dan jauh dari Chihaya dan Taichi sejak kelulusan kelas 6 SD mulai banyak kemunculannya, karena di season ke-2, Arata mulai main karuta lagi setelah dia hiatus lumayan lama. Arata bener-bener jago main karuta karena kakeknya adalah juara bertahan karuta selama bertahun-tahun. Di sisi lain, Taichi justru malah gak seneng dengan kehadiran Arata karena dia tau, seberapa keras pun dia berlatih pasti ga akan bisa ngalahin Arata dan Chihaya yang masih belum berpaling dari Arata. Sebenernya agak ambigu, karena di anime ini jujur menurutku Chihaya kagum sama Arata karena kehebatannya main karuta, tapi kalau suka dalam arti perasaan kayanya bukan Arata, tapi Taichi wkwk. Setiap orang punya beda-beda pendapat. Di season ke-2 ini, karakter Taichi juga mulai keliatan perkembangannya dan cukup banyak adegan bapernya.

Klub karuta SMA Mizusawa (season 2)

Di Season ke-3, jujur aku agak kecewa karena ada beberapa part yang dilewat dari manganya. Terus di awal-awal kalau menurut aku terlalu lama durasi episode pertandingan Suo lawan Harada sensei. Jadi malah karakter utamanya, Chihaya, Taichi lebih tenggelam gitu hehe. Tapi malah di akhir-akhir episode kaya dikebut, jadi ada part-part yang dilewatin. Nah di season ke-3 ini lebih banyak kisah romancenya daripada season sebelumnya jadi lumayan menarik, dan banyak hal-hal yang gak terduga yang terjadi di antara Chihaya, Arata, dan Taichi. Chihaya pun semakin berusaha lebih kuat karena di season ke-3 ini dia ketemu langsung sama Master Suo dan juga tentunya Queen Wakamiya Shinobu. Chihaya semakin belajar dan semakin kuat setelah bertanding sama orang-orang nomor 1 di karuta Jepang itu. Semoga aja bakal ada season ke-4 karena season ke-3 ceritanya terlalu ngegantung endingnya.

Chihayafuru season 3

Banyak banget kelebihan dari anime Chihayafuru yang tayang 3 season ini. Grafisnya bagus, jadi enak dan nyaman ditontonnya dan suka banget sama soundtrack ending animenya (Akane Sora & Soshite Ima). Selain itu setiap karakternya punya ciri khas masing-masing dan semakin berkembang seiring berjalannya waktu, dan pengisi suara setiap karakter oke banget. Pas sama karakter-karakternya, terutama Chihaya, Taichi, Arata. Tapi yang paling aku suka suaranya Taichi karena masuk banget sama karakternya Taichi, applause buat Miyano Mamoru.

Terus mungkin banyak orang yang bilang kalau genre kaya gini bakal bosenin karena yang diceritain pertandingan terus, tapi jujur kalo menurut aku anime ini gak ngebosenin. Malah semakin penasaran sama kelanjutan cerita dari setiap pertandingan, terutama di season ke-2 yang hampir dari awal sampai akhir nayangin pertandingan karuta SMA Mizusawanya Chihaya dan Taichi. Karakter dari lawannya SMA Mizusawa juga menarik karena ada yang lucu-lucu dan bikin ngakak, ada yang serius, ada yang aneh, pokonya segala rupa ada. Jadi gak ngebosenin.. 

Rival yang paling menarik, Akademi Hokuo

Untuk manganya sendiri, sampai Juni 2020 ini udah sampai 200 lebih chapter.  Banyak cerita yang semakin unpredictable dan ada beberapa part yang bikin sedih banget setelah chapter yang diadaptasi jadi anime selesai. Gambaranya Yuki Suetsugu tampak banget perbedaannya, karena semakin bagus banget. Bisa kalian bandingin sendiri :D

Taichi dan Arata versi manga
Manga Chihayafuru

Selanjutnya, taun 2016 keluar versi live actionnya Chihayafuru dalam bentuk movie atau film yang diperanin Suzu Hirose (Chihaya), Shuhei Nomura (Taichi), dan Mackenyu Arata (Arata). Versi LA nya ini juga dibagi jadi 3 part. Walaupun ceritanya agak sedikit berbeda sama di manga dan anime, tapi versi LA ini oke banget pemilihan ketiga aktor utamanya itu. Perannya Chihaya, Taichi, sama Arata pembawaannya mirip banget setelah dimainin sama mereka bertiga, terutama Arata sih, alias Macken, tapi lagi-lagi paling seneng sama Shuhei yang meranin Taichi haha. Selain itu, kelebihan lain dari versi LA nya ini adalah soal banyak adegan yang emosional dan kerennya cinematograhy dalam film ini. Kagum banget salut...

Chihayafuru LA part 1

Jadi kesimpulannya, anime, manga, dan live action Chihayafuru recommended banget buat ngisi waktu luang kita. Alur ceritanya yang perlahan tapi pasti, pembawaan karakternya yang pas, dan ceritanya yang seru bakal jadi keterusan nontonnya, berhubung di anime setiap season hampir 23-25 episode, manganya udah 200 lebih chapter, dan live actionnya 3 part. So, selamat membaca dan menonton ^^

Sabtu, 02 Mei 2020

Trip To Pacitan

Pacitan merupakan salah satu tempat yang memiliki surga tersembunyi di dalamnya. Berawal dari iseng-iseng nyari wisata di sekitaran jawa timur lewat mbah google, ternyata lumayan banyak tempat wisata disini. Jadi sekitar penghujung tahun 2019, aku mengunjungi Pacitan dan ingin sedikit berbagi mengenai pengalaman aku di tempat ini.

1. Goa Gong
Akses dari tempat parkir Goa Gong menuju Goa Gongnya sendiri cukup dekat tapi menanjak wkwk, jadi karena waktu itu berhubung hari udah lumayan terik, kita bisa sewa ojeg sampai ke pintu masuk wisata ini. Begitu masuk tempat wisata, kita harus jalan lagi dan menaiki beberapa anak tangga menuju goa. Begitu sampai di anak tangga terakhir, kita disajikan pemandangan yang lumayan keren. Nah, selanjutnya kita antri dulu sebelum masuk goa, karena waktu pas aku ke sana pengunjungnya agak banyak. Di pintu masuk goa, banyak ibu-ibu yang jualan kipas, karena katanya di dalem goa panas pol.. awalnya aku gak percaya, karena di bandung goa malah dingin, eh tapi ternyata bener wkwk keringetan banyak, untung sempet beli buat jaga-jaga. Begitu masuk, kita disajikan stalaktit yang panjang-panjang dan dihiasin sama lampu warna-warni. Bagus... Semakin masuk ke dalam, goa semakin lebar dan megah. Bentuk-bentuk stalaktit yang ada di goa ini keren banget dan gede-gede. Semakin ke dalam lagi, kita harus menuruni dan menaiki anak tangga di dalam goa ini, karena serius ini megah banget. Aku baru pertama kali liat goa semegah ini soalnya..


Salah satu spot di Goa Gong

2. Pantai Klayar
Pantai Klayar merupakan salah satu pantai yang terkenal di Pacitan karena keindahannya. Tempat parkir di Pantai Klayar letaknya di atas pantai itu sendiri, jadi kita harus jalan turun sedikit lagi ke pantai. Di deket tempat parkir, banyak rumah makan yang berjejer di samping jalan. Musola dan toilet juga lumayan banyak, jadi kita gak perlu khawatir kalo mau solat. First impression waktu liat Pantai Klayar, ini adalah pantai paling indah dan terbersih yang pernah aku kunjungi. Pasirnya keputih-putihan, ga ada sampah berserakan, airnya biru muda, dan ada semacam tebing di lautnya. Pengunjungnya pun ga sebanyak di pantai-pantai sebelumnya yang aku kunjungin, dan beruntung, langitnya lagi cerah warnanya biru muda pas aku ke sana jadi menambah kesan indah. Di pantai ini, kita bisa menikmati ombak laut dengan pemandangan yang bagus. Oke banget pokonya :))


                     
Pantai Klayar (arah kanan)

Pantai Klayar (arah kiri)

3. Pantai Ngiroboyo
Pantai Ngiroboyo letaknya gak terlalu jauh dari Pantai Klayar . Waktu aku ke sana, pantai ini bisa dibilang sepi banget jadi bisa menikmati pantai lebih nyaman. Pasir coklat muda terbentang luas di sisi pantai dan cahaya matahari terik tepat ada di sebrang lautan. Bagus banget... Di pantai ini juga ada ayunan yang menghadap langsung ke laut dan ada tulisan "Pantai Ngiroboyo". Ada nelayan juga yang lagi nangkepin ikan tapi pake pancingan di tengah gedenya ombak. Di sisi tengah pantai ini, ada pepohonan yang cukup rindang, membuat suasana jadi teduh dan ada beberapa kursi yang menghadap langsung ke laut.

Pantai Ngiroboyo


3. Sungai Maron
Di sungai ini, kita bisa berkeliling mengitari sungai dan banyak orang yang menyebutnya sungai amazon versi indonesia. Perlu diketahui, jangan samakan sungai ini dengan sungai-sungai yang warnanya kecoklatan ya. Jadi Sungai Maron ini justru bersih, jernih dan warna sungainya kehijauan. Sebelum persiapan susur Sungai Maron, kita butuh persiapan dulu seperti mengenakan pelampung. Perahu yang kita naiki jenisnya ada bermacam-macam. Nah, perahu yang aku naiki adalah perahu yang pakai mesin. Sungai Maron lumayan panjang, dan muara sungai Maron ini adalah di Pantai Ngiroboyo. Selama susur Sungai Maron, kita disuguhi pemandangan yang luar biasa. Di samping kiri dan kanan sungai, pohon-pohon tinggi besar berdiri tegak kehijauan, membuat suasana jadi tenang dan teduh. Mungkin ada beberapa yang bisa dibilang sungai ini dikelilingi hutan. Jenis pohonnya pun bermacam-macam, tapi paling banyak ditemukan adalah pohon kelapa yang rindang. Sama seperti sebelumnya, susur sebuah sungai ini adalah kali pertama bagi aku dan pengalaman yang tak terlupakan haha


Sungai Maron

4. Pantai Soge
Jalan menuju Pantai Soge cukup berkelok-kelok, karena mungkin kami berkendara di perbukitan tapi jalannya sempurna bagus. Kendaraan yang lewat pun gak banyak, jadi kami bebas macet. Sebelum sampai di Pantai Soge, sebenarnya saat masih di jalan yang berkulak-kelok perbukitan itu kita udah bisa menyaksikan pantai ini di samping kanan. Bagus.. Pantai Soge ini kalau aku liat mirip sama Pantai Palabuhanratu, tapi versi agak sepi dan lebih bersih. Nilai plus lain dari pantai ini adalah itu tadi, letaknya berada di samping jalur selatan Pulau Jawa, sehingga dari pinggir jalan, pantai ini sangat terlihat, walaupun kita gak turun dari mobil (hanya sekedar lewat saja).

Pantai Soge


5. Pantai Watu Bale
Pantai Watu Bale letaknya berdekatan dengan Pantai Soge, sehingga gak perlu makan waktu banyak untuk tiba di pantai ini dari Pantai Soge. Dari tempat parkir, kita cukup berjalan menurun sedikit dan luar biasa pemandangannya indah banget. Batu-batu berjejer di sisi laut yang dikelilingi bukit. Ombak yang menerjang batu pun gak terlalu besar di pantai ini. Dari sisi pantai bagian bawah tersebut kita bisa melihat dengan jelas Pantai Soge. Perjalanan di Pantai Watu Bale masih terus berlanjut. Kita bisa melanjutkan berjalan ke perbukitan (tanah yang lebih tinggi). Sepanjang tanjakan, kita harus hati-hati agak tidak terpeleset tanah-tanah kering, karena tanjakannya cukup curam. Jadi kita harus pintar mengambil pijakan untuk mendaki. Sesampainya di atas, pemandangannya berkali lipat lebih bagus dari pemandangan yang di bawah. Ombak yang besar menerjang bebatuan besar di bawah bukit jelas nampak di spot pantai bagian atas ini. Dihiasi langit biru, angin di atas juga lebih besar dan pemandangan laut selatan lebih terlihat lebih luas jangkauannya. Selain itu, di tengah-tengah laut juga tampak ada batu yang sangat besar. Menambah kesan indah Pantai Watu Bale. Oh iya, lagi-lagi pengunjung di pantai ini tidak terlalu banyak sehingga berwisata pun jadi lebih tenang dan lebih menghayati haha

Pemandangan Pantai Watu Bale di Dekat Parkiran

Pemandangan Pantai Watu Bale dari Atas

6. Pantai Pidakan
Pantai Pidakan merupakan pantai yang khas dengan hamparan bebatuan berwarna putih di sepanjang pinggir pantai. Pasirnya juga berwarna putih dan airnya jernih banget. Batu karang pun terlihat menyebar di beberapa spot pantai ini. Saking jernihnya air di pantai ini, saya bisa melihat rerumputan di dalam air. Ombak di Pantai Pidakan terbilang tidak sebesar ombak di pantai sebelumnya dan cocok untuk bermain-main dan menikmati keindahan alam di sisi pantai.

Pantai Pidakan

Jernih
7. Pantai Kasap
Pantai Kasap sering dikenal sebagai raja ampatnya pacitan. Menarik. Akses menuju pantai ini diperlukan kehati-hatian karena jalannya gak terlalu besar. Kita perlu jalan dulu sedikit dari tempat parkir menuju pantai. Begitu aku ngeliat laut, sempet bertanya di dalem hati, "mana bukit-bukit yang mirip raja ampatnya?" wkwk.. ternyata kita perlu melanjutkan perjalanan kembali dan agak sedikit menanjak dengan jalanan yang setapak, jadi harus berhati-hati. Betul, ternyata sesampainya di atas memang mirip raja ampat. Bukit-bukit kecil menyebar di lautan Pantai Kasap. Aku waktu ke sini lagi akhir musim kemarau panjang, sehingga pepohonan di atas bukit-bukit kecil itu agak kering, tidak terlalu hijau. Yakin banget kalau pas musim hujan bukit-bukit kecil itu bakal warna ijo banget dan semakin mirip raja ampat. 

Pantai Kasap


8. Beiji Park
Beiji Park merupakan tempat paling dingin yang aku rasain selama di Pacitan wkwk. Jadi Beiji Park ini memang letaknya di perbukitan. Alhamdulillahnya kami datang ke Beiji Park tepat pas waktu buka, jadi sepi banget dan cuacanya mendung agak gerimis, sehingga tambah dingin. Tapi gak lama gerimisnya alhamdulillah. Di Beiji Park banyak spot-spot selfie yang disediakan oleh pengelola. Pepohonan yang rindang dan tinggi pun menjadi pemandangan pertama yang kita lihat saat pertama masuk wisata ini. Sejuk banget. Yang paling indah di tempat wisata ini adalah ada spot kita bisa liat pemandangan hutan-hutan dan pantai. MasyaAllah ini pemandangan paling bagus yang aku liat selama di Pacitan. 

Pemandangan dari Beiji Park

Pemandangan dari Beiji Park (2)

Kesimpulan dari trip kali ini adalah, tempat-tempat wisata alam di Pacitan masih alami dan bersih. Terus alhamdulillah nyaman juga karena pas waktu ke sana, pengunjung di semua tempat wisata gak banyak dan bebas macet, jadi bisa lebih menikmati perjalanan kali ini.. :)

Rabu, 08 April 2020

Ekofis Squad

Bulan Juni 2017, tepat saat dimana aku lulus S1 dan waktu akhir dari sidang komprehensif, pembimbingku bertanya "setelah lulus rencananya apakah mau kerja atau lanjut lagi nita?". Sontak aku langsung jawab "mau lanjut lagi bu" . Entah kenapa waktu itu yang dipikiran aku tiba-tiba jawab gitu wkwk..  tapi ternyata jadi kenyataan. Aku sempet mikir dan diskusi juga sama keluarga sayang kalau ngga dilanjut s2, mumpung masih muda dan masih ada keinginan belajar lagi. Jadinya di taun yang sama aku daftar S2 di Unpad lagi, jurusan Agronomi, konsentrasi Ekofisiologi Tanaman. Sambil nunggu pengumuman smup (seleksi masuk unpad), aku isi waktu sama les  di ieduc, lumayan banyak faedahnya. Akhirnya setelah menyelesaikan serangkaian tes-tes sampai wawancara alhamdulillah aku lolos dan mulai masuk kuliah bulan Februari 2018. 

Sebelum masuk kuliah, aku udah tau kalau aku bakal satu kelas sama kakak angkatan 2012 aku, teh nedya dan kang oji. Tenang jadinya, seengganya udah ada yang kenal wkwk. Pas hari-h masuk kuliah pertama, agak gak biasa soalnya kelasnya di gedung yang berbeda dari biasanya. Di kelas ternyata lumayan banyak orangnya dan mulai perkenalan sama dosen. Ekofis ini ada 7 orang mahasiswanya, aku, teh nedya, bu herli, bu syam, kang rosi, kang oji, dan kang agung. Selama itungan hari kita bisa dibilang udah akrab banget sekelas, karena sambil nunggu mata kuliah, kita sering ngumpul di sc sambil ngobrol-ngobrol. Lumayan lama, bisa berjam-jam, makanya kita bisa akrab banget, ngelucu bareng, ketawa bareng dan nyambung banget pokonya kalau ngobrol. Pernah waktu abis beres kuliah, kita pernah makan pempek bareng di kampus (oleh-oleh dari bu syam yg dari palembang). Ngegorengnya pun di warung kampus, kocak banget waktu itu.

Soal kuliah, aku ngerasa kalo s2 ini lebih santai daripada s1. Kenapa? Soalnya dalam 1 minggu kita biasanya cuma 2 atau 3 hari masuk kuliahnya. Di samping karena SKS yang diambil ga sebanyak waktu s1, kelas aku ini jago banget ngelobi dosen wkwk. Yang tadinya dalem 1 minggu bisa 4 hari kuliah, kita lobi dan atur waktu sebisa mungkin dipadetin jadi 2 hari, tapi dari pagi sampai sore. Tapi, kalo soal tugas, tugas pas s2 lebih buat kita "mikir", karena tugas-tugas yang dikasih butuh studi literatur yang banyak, alias ga semudah waktu s1. Pas s2, jurnal-jurnal internasional udah ga asing lagi buat kita sebagai bahan buat cari tugas atau belajar. Jadinya secara ga langsung kemampuan bahasa inggris bisa meningkat karena baca jurnal internasional terus wkwk. Di ekofis, mata kuliahnya udah mengarah ke fisiologis tanaman. Bukan fisiologis tanaman aja, disini kita belajar biokimia juga. Di matkul biokimia, pathway biosintesis vitamin, tentang protein, lipid, unsur-unsur yang melibatkan metabolisme di tanaman dan sedikit genetika udah ga asing lagi. Walaupun aku kurang suka matkul ini, tapi nambah wawasan kita banget ternyata proses pertumbuhan tanaman itu complicated. Selain itu, matkul lainnya ada MKPT dan Ekofisiologi Tanaman yang fokus banyak di metabolit sekunder dan primer tanaman, pengaruh lingkungan ke tanaman secara fisiologis, hormon, fotosintesis, cekaman lingkungan dan banyak lagi. Kelas aku ini juga kompak banget kalo soal ngerjain tugas wkwkwk, dikumpulinnya harus barengan semua dan kalau lagi riweuh tugas pasti di grup wa pada rame. Dari semua matkul yang ada aku paling seneng sama MKPT dan Ekofisiologi Tanaman ini karena menarik dan penerapan di lingkungannya pun banyak juga. Selain ketiganya, masih banyak matkul lainnya juga yang kita pelajarin.

foto bareng dosen

Selama s2 ini, kita cuma belajar 2 semester, semester 3 dan 4 biasanya dipake riset dan nyusun tesis. Sama kaya s1, ada 3 sidang juga menuju gelar magister yaitu seminar usulan riset (SUR), ujian naskah tesis (UNT), dan ujian tesis. Alhamdulillah setelah melalui perjuangan penelitian di lahan selama 3 bulan dan bimbingan segala rupa, akhirnya bisa lulus awal februari, pas 2 taun. Sebelum sidang tesis, mahasiswa sebelumnya wajib dapet LoA dari jurnal yang terakreditasi. Temen sekelas pun juga barengan lulusnya, hanya beda beberapa hari, sehingga kita masuk bareng dan keluar bareng, alias bisa wisuda bareng. Tapi berhubung angkatan kami ini lulus di angkatan corona, jadi wisuda diundur dulu, entah sampai kapan wkwk.

waktu pengumuman nilai ujian tesis

Lulus bareng sekelas

Aku bersyukur banget bisa masuk ekofis gelombang ini, karena nyaman dan betah bisa bareng dan kenal temen-temen aku ini wkwk. Oh iya, jadi karena 1 mata kuliah itu bisa diampu sama beberapa dosen, setelah bagian ngajar dosen beres, kita suka foto bareng sama dosennya. Jadi sebenernya yang aku rasain, kita lebih deket sama dosen pas s2 dibanding pas aku s1. Mungkin menurutku karena peran ibu-ibu di kelas yang jago mencairkan suasana dosen sama mahasiswa. Kita juga suka makan siang bareng di kantin faperta, statistik, psikologi, dan di luar unpad, salah satunya di SS. Saat lagi senggang dengan tugas kuliah, kita sekelas sempet main ke Ciwidey. Ini pertama kalinya main keluar Jatinangor wkwk. Seudah pada beres ujian tesis juga kita main ke Lembang. Kita patungan dan pergi kesana dengan sewa mobil. Main ke Ciwidey kita seneng-seneng bareng. Pas ke Lembang, di samping seneng juga tapi kadang ada sedihnya karena ini kaya jadi liburan terakhir bareng. Seudah main dari Lembang, temen-temen pada pulang ke kampung halamannya masing-masing dan insyaallah ketemu lagi pas wisuda nanti yang entah kapan diadainnya. Oh iya kita main bareng ini sebelum corona masuk indo. Intinya banyak banget pengalaman yang aku rasain pas s2 ini. Temen baru, sahabat baru, ilmu yang baru.

makan bareng


ciwidey


makasih kebersamaannya selama 2 taun :))




yang terpopuler

how about this blog?