Rabu, 27 Februari 2019

Trip to Japan

Konichiwa minasan.. hehe. Di postingan kali ini saya ingin sedikit share tentang perjalanan pertama kali ke negeri sakura pas September 2018 lalu. Jadi ceritanya alhamdulillah kakak saya waktu bulan Juni 2018 sudah mengabari jadwal sidang akhir dan jadwal wisudanya di salah satu universitas di Jepang. Karena tanggalnya sudah fix, maka saya dan kedua orangtua saya merencanakan untuk langsung membeli tiket pesawat ke Jepun untuk menghadiri wisuda kakak saya ini. Sebenernya ini yang paling saya tunggu-tunggu dari mulai masuk tahun 2018, karena dari dulu sebenernya kepengen banget pergi ke Jepang, di samping karena negaranya bersih, alamnya bagus, budayanya sopan, juga karena saya ngikutin banget anime dan manga =))) Setelah gugling di internet untuk mencari tiket promo pesawat (siapa tau ada), akhirnya kami memutuskan menggunakan Garuda karena penerbangannya direct dan memang lagi promo harga tiketnya wkwk, baik untuk pergi maupun pulang. Kemudian kami langsung booking tiket pp aja Jakarta -Tokyo ; Tokyo - Jakarta, karena takut kehabisan tiket promo :"

Hari Keberangkatan
Sehari sebelum keberangkatan, saya sempat videocall dengan kakak mengenai apa yang boleh kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan di Jepang, terutama saat di imigrasi dan bandara Haneda. Kakak saya pun memberitahu beberapa hal seperti kalo ke toilet harus kering, gak boleh basah alias banyak cipratan air wkwk, terus kalau ditanyain petugas imigrasi mau ngapain bilang aja visiting my daughter, terus dikasih tau juga dokumen-dokumen yang harus kita isi pas udah sampai imigrasi di bandara Haneda. Besoknya, saya dan kedua orangtua saya langsung berangkat dari bandung ke bandara soekarno hatta menggunakan primajasa dan..... kami terjebak macet di Cikampek. Alhasil waktu perjalanan yang ditempuh mencapai 6 jam. Setelah sampai di Terminal 3 Soetta, sekitar pukul 19.30, saya terlebih dahulu mengambil modem wifi untuk digunakan selama di Jepang. Jadi sekedar info, kalau mau trip ke Jepang perlu banget modem wifi untuk internetan selama disana, dan modem wifi yang saya sewa ini tergolong unlimited untuk 5 hp selama 1 minggu. Jadi kita bisa internetan di mana aja selama di Jepang.


Beberapa jam kemudian, kami check in bagasi dan langsung boarding pass. Pesawat dengan kode keberangkatan GA874 ini dijadwalkan terbang jam 23.10. Penumpang di kabin pesawat terhitung banyak, campuran orang Jepang dan Indo. Sebenarnya dari dulu entah kenapa saya selalu serem kalo pesawat lagi takeoff, bawaannya suka tegang, begitu pula pas takeoff ke Jepang dan alhamdulillah berjalan lancar sampai indikator sabuk pengaman mati. Sepanjang perjalanan saya nonton beberapa film seperti diary of a wimpy kids dengan versi tokoh-tokoh terbarunya. Entah kenapa orang-orang pada bilang Rodrick "baru" di film ini "ngga banget", saya malah ngakak2 aja liat kelakuan dia disini, walaupun Rodrick yang sebelumnya emang udah sulit tergantikan wkwk (abaikan). Tak terasa setelah melewati samudera dan daratan selama kurang lebih 8 jam, tiba saatnya pilot mengumumkan akan segera landing di bandara Haneda. Dari ketinggian beribu kaki saya dapat menyaksikan atap-atap rumah dan pepohonan negara Jepang, namun karena cuacanya gerimis, jadi ada kabut-kabut yang lumayan tebal menyelimuti kota. Landing pesawat pun mulus banget, bahkan kalau bisa saya bilang, ini landing pesawat paling sempurna selama saya bepergian pake pesawat. Goncangannya ga ada sama sekali dan soft banget waktu pesawat di rem, berasa ngerem mobil waktu macet dikit-dikit. Terimakasih Bapak pilot!


Day 1
Tiba di Haneda, kami langsung berhadapan dengan imigrasi. Sebelumnya, perlu kita tau kalo bandara Haneda itu keren sekalii :"" begitu turun dari pesawat, kita langsung disuguhkan oleh kaca besar yang menjulang tinggi dengan pemandangan menghadap ke pesawat-pesawat yang sedang diparkir. Lorong-lorong di bandaranya pun cukup luas dan ada eskalator lurus supaya kita gak cape jalan, berhubung jarak dari keluar pesawat sampai ke imigrasi cukup jauh.

Bandara Haneda

Bagian imigrasi di Haneda itu rapi dan tertata. Counternya sampai puluhan, dan yang perlu kita siapkan adalah passport dan dokumen kedatangan yang bisa kita isi sebelum antri menuju counter imigrasi. Dokumennya berbahasa Jepang dan Inggris dan yang terpenting adalah isi alamat dengan lengkap selama tinggal di Jepang. Soalnya ini salah satu pengalaman saya juga wkwkw. Jadi waktu saya ke counter imigrasi, saya hanya menuliskan nama wilayah saja selama tinggal di Jepang, yakni Nishikawaguchi. Dan petugas imigrasi dengan ngomong pake bahasa jepang, menyuruh saya untuk mengisi ulang alamat lengkapnya (yang saya tangkap). Setelah itu, kita diminta untuk discan sidik jari dan difoto, beres deh. Setelah itu jangan lupa bagasi bisa diambil setelah kita lolos dari imigrasi. Kakak saya pun menjemput di bagian tempat menunggu penumpang di bandara Haneda, dan ruang tunggunya juga luas. Kursi-kursi berjejer dimana-mana.

Setelah setahun gak ketemu
Selesai keliling-keliling di dalem Haneda, kami langsung menuju ke stasiun yang letaknya semacam di "basement" Bandara Haneda. Sebelum naik kereta, perlu diingat kita harus punya passmo terlebih dahulu. Kartu passmo ini bisa kita gunakan untuk naik kendaraan umum selama di Jepang. Sistem penggunaannya sama kayak di anime, di tempel gitu. Selain itu, sama halnya dengan kejadian di toilet, di stasiun pun orang-orang tetap antri di jalur kuning dengan tertib. Ga ada istilah rebut-rebutan. santai aja wkwk. Salut.. Tak lama kemudian kereta pun datang. Pintu terbuka dan masuk pun gak rusuh, tetep tertib juga cukup banyak orang di dalamnya. Orang-orang di kereta mayoritas pada anteng main hp, sama kayak di Indonesia, jadi sunyi banget sepanjang perjalanan. Yang ngobrol pun jarang banget dan ternyata culture saat di kereta itu adalah lebih baik jangan nelfon dan foto-foto, karena orang-orang sini ngejaga privasinya tinggi, kata kakak saya. Bahkan kalaupun ada orang dan temen-temennya yang satu kereta, mereka ngobrol itu pelan-pelan.

Setelah mengamati aktivitas di kereta, akhirnya stasiun yang kami tuju tiba juga. Kami berniat untuk menitipkan koper terlebih dahulu di loker stasiun dekat Asakusa. Tapi tidak semudah itu ferguso.... ternyata loker besar yang kosong pada penuh, bahkan ada yang rusak. Alhasil kami harus mencari loker besar ke stasiun lain. Namun nihil, di stasiun lain juga ternyata hanya ada 1 loker besar, sedangkan kami membawa 4 koper wkwk. Terpaksa akhirnya karena sudah lapar berat kami pun makan dulu di restoran ramen halal yang berada di Asakusa sambil nenteng-nenteng koper. Restorannya mungil, tingkat 2 dan ada prayer room. Penjualnya orang Jepang asli dan ramah. Ini pertama kalinya saya memasuki restoran di Jepang dengan menu-menunya yang memakai huruf Jepang campur English. Kami memesan ramen dengan kuah yang berbeda-beda dan chicken karage. Sekedar info, untuk makan di restoran, kita harus merogoh koceh sekitaran 1000 yen, atau sekitar 100ribuan lebih dikit rupiah. Karena ramen yang saya beli aja harganya 850 yen wkwk atau 90rb an lebih. Di Indonesia ramen bisa dapet 18.000 untuk 1 mangkok. Maklum, ini Jepang bung, serba mahal. Tapi rasanya jangan ditanya lagi, ramen plus karage nya mantap betul :", terutama karage sih.

Keliling-keliling nyari koper
Ramen terbaik




















Setelah makan dengan nikmat dan solat, kami melanjutkan perjalanan dan memutuskan untuk keliling shrine-shrine di Asakusa. Jadi di Asakusa ini, shrine alias kuil lumayan banyak. Di sini juga banyak bangunan-bangunan khas Jepang yang cocok banget buat spot foto. Berhubung kami datang saat musim peralihan dari summer ke autumn, atau awal autumn, jadi pohon-pohon di sekitaran Asakusa masih pada hijau, belum merah atau menguning. Sambil dorong koper kami berkeliling shrine-shrine dan bangunan khas Jepang yang eksotis. Gerbang menuju shrine utama pun besar banget. Gate khas bangunan Jepang mulai terlihat tinggi menjulang. Di shrine yang terbesar itu, saya melihat orang-orang pada berdoa. Selain shrine, di Asakusa juga kita bisa beli pernak-pernik khas Jepang, karena banyak banget yang jualan di toko-toko pinggiran. Mulai dari gantungan kunci, tas, pajangan-pajangan, miniatur, sepatu, dll.

Salah satu objek di Asakusa
Shrine


Gate masuk
Di dalemnya tempat makanan

Puas berkeliling Asakusa, kami melanjutkan perjalanan menuju Tokyo Skytree dan Sumida River. Sebelumnya, alhamdulillah akhirnya kami bisa menemukan loker besar untuk penyimpanan koper di salah satu mall menuju Sumida River. Bahagianya gak bisa diungkapin kata-kata :" Jarak Tokyo Skytree dan Sumida River cukup dekat dengan Asakusa, cukup berjalan beberapa menit saja. Karena cuaca sedang hujan dan menjelang magrib, Tokyo Skytree agak tertutup kabut, tapi masih keliatan. Tinggi juga ya (dalem hati). Sambil menikmati Tokyo Skytree dari pinggir Sumida River, saya bisa melihat kapal laut menuju Odaiba. Tadinya kami mau mencobanya, sekaligus ingin berkunjung ke Odaiba yang ada patung besar Gundam, tapi karena hari mulai gelap, hujan, dan orangtua saya kelelahan, akhirnya kami mengurungkan niat tersebut. Di Sumida River ada jembatan besar dengan lampu-lampu merah di sampingnya. Orang-orang hilir mudik berjalan melalui jembatan itu dengan payungnya.
Sekitaran sumida river
Perjalanan di hari ke-1 pun diakhiri dengan mengambil koper di loker dan dilanjutkan perjalanan menggunakan kereta menuju Nishikawaguchi, prefektur Saitama yang letaknya gak terlalu jauh dari kota Tokyo, karena apartemen yang kami sewa ada di daerah itu. Sampai di stasiun Asakusa menuju Nishikawaguchi, orang-orang dengan setelan kemeja putih dan celana hitam membludak berlalulalang dengan cepat. Yak.. tepat jam pulang kantor. Saran saya kalau nenteng-nenteng koper seperti kami di stasiun, hindari pulang jam 18.00 karena ripuh dan pusing banget liat orang-orang membludak dan jalannya super ngebut wkwkwk. Sebelum sampai ke Nishikawaguchi menggunakan JR Train kami melewati beberapa stasiun. Ada Nishi nippori, Akabane, Kawaguchi, dll. Setiap pemberhentian kereta pasti ada yang naik dan turun. Selain itu, setiap pemberhentian juga pasti ada voice dengan bahasa Jepang dan Inggris yang nunjukkin sebentar lagi kita menuju stasiun mana.Setiap stasiun pun punya jingle nya masing-masing setiap kereta datang, jadi kalau musiknya "gini" berarti kita di stasiun ini, tiap musiknya "gitu" berarti kita di stasiun itu wkwk.

Sebelum ke apartemen, kami nyimpang dulu di supermarket untuk membeli makan malam dan breakfast untuk besok paginya. Sampai di apartemen, aroma-aroma animenya kerasa banget, karena di anime ternyata apartemennya sama persis kayak aslinya wkwk. Sepeda-sepeda berjajar rapi diparkir di samping apartemen. Apartemen yang kami sewa terdiri dari beberapa ruangan : dapur, toilet, tempat mandi, ruang keluarga, kamar tidur 2, teras, dan tempat jemuran. Untuk makan malam, saya mencoba onigiri isi salmon untuk pertama kalinya dicampur karage dari restoran di Asakusa tadi. Alhamdulillah, nikmat skalskih :" Hari pertama di Jepang cukup membuat betis dan kaki saya super duper pegel, mungkin karena pertama kalinya jalan berkilo-kilo.

Onigiri halal

Day-2
Hari kedua di Jepang, kami mengunjungi Yokohama yang jarak tempuhnya sekitar satu jam menggunakan kereta. Perjalanan menuju Yokohama cukup lowong karena gak terlalu banyak orang. Setelah sampai di stasiun tujuan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Kesan pertama kali menginjakkan kaki di Yokohama adalah "Kok ini sepi banget yak wkwk". Serius, kotanya sepi, jarang ada mobil, walaupun ada tapi sedikit. Di Yokohama banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi kayak di Jakarta, tapi disini lebih tertata dan bersih. Pohon-pohon di samping jalan sudah mulai menguning, tanda musim gugur tlah tiba. Sambil menikmati kota Yokohama, dari jauh tampak bianglala raksasa yang menjulang tinggi. Apalagi kalau bukan Cosmoworld. Cosmoworld salah satu taman bermain di Yokohama dan jadi ciri khasnya kota ini. Dari kejauhan udah tampak lautan. Perjalanan dilanjutkan menuju Yokohama Red Brick Warehouse. Yokohama Red Bricks Ware House itu satu tempat atau bangunan megah yang dulunya bekas pabrik. Dinding-dindingnya terbuat dari bata-bata merah dan arsitekturnya eksotis banget :)) Pertama kali liat bangunan ini adalah dari anime dan manga wkwk, sama persis kayak aslinya. Di dalem bangunan ini, banyak restoran-restoran, tapi sayangnya sepanjang kami berkeliling-berkeliling, belum menemukan makanan siap saji yang halal, kecuali beberapa oleh-oleh. Ada juga toko oleh-oleh kayak makanan-makanan, baju, gantungan kunci dll, nah yang paling aneh itu ada museum yang majang-majangin bendanya di bawah lantai kayu. Unik banget haha. Barang-barang yang dipajang hampir sebagian besar berhubungan dengan kapal laut, berhubung Yokohama ini berhubungan dengan pelaut-pelaut karena letak kotanya di samping laut. Jadi inget filmnya ghibli yang From Up On Poppy Hills.

Yokohama

Cosmo world

Pinggirnya Yokohama Red Brick Ware House

Puas keliling-keliling Yokohama Red Bricks Ware House, kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Yokohama dan jalan kaki sekitar 10 menitan. Di pelabuhan ada kapal besar putih yang sedang berlabuh. Seperti biasa, kapal ini tampak bersih. Mirip-mirip kapal yang di From Up On Poppy Hills. Sambil duduk di samping pelabuhan, dengan angin yang sepoi-sepoi kami menikmati pemandangan di depan. Tanpa terasa perut kami bunyi berkali-kali, tanda saatnya makan siang. Perjuangan lagi gais, karena kami harus gugling dulu makanan halal di sekitar Minato Mirai, lokasi kami saat ini. Alhasil tak ada makanan halal disini wkwk, butuh 2x naik kereta untuk mencapai restoran malaysia halal. Kami kembali jalan kaki menuju stasiun minato mirai, melewati pinggiran laut, Cosmoworld, dan mall. Setelah 2x ganti kereta, yang mana saya aja gak tau ini lagi di daerah mana, kami sampai juga di restoran malaysia. Butuh perjuangan lagi sebelum sampai kesini, karena as always, harus jalan kaki bermeter-meter wkwk, tapi terbayarkan dengan makan di restoran ini. Menunya banyak banget dan alhamdulillah penulisannya ngga pakai hiragana/katakana/kanji, melainkan pake huruf biasa jadi kami bisa mengerti.


Kakak di pelabuhan yokohama

Yummy
My fav

Kenyang makan di restoran malaysia, kami melanjutkan perjalanan lagi. Awalnya ingin dilanjutkan ke Kawasaki, namun karena kondisi kami yang agak kelelahan, kami memutuskan untuk membeli oleh-oleh di Harajuku, Tokyo. Sebelum kesana, kakak saya sempat bilang "De, kamu jangan kaget ya kalau ke Harajuku" dan.... warbiyasaah, rame banget banyak orang. Beda banget sama di Yokohama yang adem ayem. Kalau bisa diilustrasikan ini mirip-mirip di Gasibu tiap minggu tapi versi tertib dan ada jarakan sedikit. Aura "Tokyo"nya itu kerasa banget sebagai ibukota. Mobil yang lewat juga lumayan banyak. Toko-toko berjejer disepanjang jalan, mulai dari toko makanan, mainan, baju, pernak-pernik, perhiasan, sepatu, kue, dan masih banyak lagi. Tak sedikit juga kami bertemu dengan orang-orang Indonesia. Toko-toko kami datangi satu-satu, terutama toko pernak-pernik khas Jepang, karena lucu-lucu barangnya :3 Waktu pun tak berasa berlalu, menjelang waktu magrib kami pulang menuju apartemen dan bobo dengan nikmat.

Ini yang bener-bener rame
Harajuku

Banyak orang

Day-3
Hari ke-3 kami pergi ke Fujikawaguchiko. Fujikawaguchiko ini merupakan tempat di mana kita bisa ngeliat langsung dengan jelas Gunung Fuji dari jarak dekat. Kami menggunakan kereta untuk pergi kesana dan keretanya rebutan, alias siapa cepat dia dapat. Beberapa gerbong sebenarnya ada yang duduk semua karena gerbong itu menerapkan sistem reservasi terlebih dahulu. Kami yang awam dan baru banget jadi ga sempet tau. Alhasil karena cuma ada 1 tempat duduk kosong, Ibu saya yang menempati kursi itu. Saya, kakak, dan ayah saya berdiri bersama turis-turis lainnya yang bernasib sama. Setelah berdiri hampir setengah jam saya mulai merasakan pegal. Sambil terus bersabar dan berdoa mudah-mudahan ada penumpang turun, akhirnya ada juga. Begitu pula dengan kakak dan ayah saya. Setelah kami duduk, saya bisa menikmati pemandangan di luar jendela dengan tenang. Kami melewati desa-desa, dan yang saya salut, rumah-rumah mereka sudah menerapkan solar system. Di halaman belakang rumah mereka pun mereka berkebun dengan berbagai macam sayuran. Selain itu, antar rumah juga diberi jarak yang cukup lega. Turis-turis yang satu kereta dengan kami pun cukup antusias menikmati pemandangan di luar jendela. Beberapa jam kemudian, kami melewati stasiun yang namanya ada kata "fuji" entah saya lupa lagi kepanjangannya. Artinya kami sudah semakin dekat dengan tujuan. Setelah menurunkan penumpang di stasiun tersebut, kereta yang kami naiki berjalan mundur menuju tujuan kami dan akhirnya sampai.




Perjalanan menuju stasiun shinjuku

pemandangan dari kereta

Setelah turun dari kereta, kami melakukan isi ulang passmo, karena biaya kereta yang  kami naiki tadi cukup besar. Setelah isi passmo, kami masuk, dan mengantri tiket terlebih dahulu. Kami membeli 3 tiket sekaligus, yakni tiket bis sepuasnya, tiket naik kapal, dan tiket naik ropeway. Selanjutnya kami menuju pemberhentian bis dulu dan berhenti di bagian tempat naik ropeway. Saat kami turun bis, kami disuguhkan dengan pemandangan danau yang luar biasa. Danau ini dikelilingi oleh bukit-bukit. Dari jauh tampak jembatan yang sangat panjang memotong danau. Di lokasi ini pohon-pohon sudah mulai menguning dan ada yang memerah, tampak musim gugur sudah dimulai. Kemudian kami langsung mengantri ropeway dan banyak orang indonesia. Rasanya senang wkwk. Seperti biasa, antrian di manapun di Jepang sangat tertib. Ga ada yang rusuh, ga ada yang ga sabaran. Semuanya tetep tenang, salutee hehe. Akhirnya bagian kami naik ropeway pun tiba. Awalnya emang agak ngeri tapi semua dibayar dengan pemandangan yang luar biasaaa. Dari dalam ropeway ada sound pemandu yang saya gak ngerti artinya apaan, soalnya pake bahasa jepang.

parkiran sekitar ropeway dan lake

lake

Pemandangan dari ropeway

Turun dari ropeway kami melanjutkan dengan jalan kaki. Hanya beberapa menit saja kami sudah mencapai puncak. Gunung Fuji tampaknya masih malu-malu menunjukkan wujudnya, karena bagian atasnya agak tertutup dengan awan. Namun tak berselang lama, awan-awan mulai berpindah dan mulai tapat wujud gunung fuji secara utuh. Hampir utuh. Gunung Fuji dimusim ini tidak menunjukkan adanya salju di puncak seperti yang kita lihat di banyak sumber, karena ini merupakan peralihan musim panas ke musim gugur. Akhirnya saya bisa melihat secara langsung Gunung Fuji yang saya sudah sering tau dari jaman SD gara-gara komik shincan dan kartun doraemon :" Di sini juga menyediakan teropong untuk melihat secara jelas gunung Fuji. Oh iya di puncak ini berdiri toko souvenir dan oleh-oleh khas dari Fuji. Harganya? Hm... lumayan mihil tentunya. Kalo kita naik ke lantai paling atas toko souvenir tadi, maka kita akan menyaksikan Gunung Fuji lebih jelas lagi dan saat menengok ke belakang kita akan disuguhkan pemandangan danau dan bukit-bukit yang mengelilinginya. Bagus banget :"


pemandangan dari lantai atas


Mount Fuji

Setelah puas foto-foto kami turun dengan ropeway dan melanjutkan untuk menaiki kapal laut mengelilingi danau. Sebelum naik kapal kami solat terlebih dahulu di taman sekitar ropeway, berhubung disini gak ada prayer room wkwk. Di Jepang tingkat toleransinya sangat tinggi, sehingga gak masalah kami solat di tempat umum. Beres solat kami langsung antri naik kapal. Jadi sekedar info, di Fujikawaguchiko danaunya lumayan banyak dan terpisah-pisah. Saya agak lupa kapal yang kami naiki berlayar di danau mana. Antrian naik kapal tidak sepanjang naik ropeway. Bentuk kapalnya juga unik seperti yang saya lihat di kartun-kartun. Kapal yang tak biasa. Kapal ini terdiri dari 2 lantai, dengan 1 ruangan di bawah indoor, tapi saya memilih outdoor agar bisa menyaksikan pemandangan secara langsung dan jelas. Kapal pun berangkat. Kami sempat dihampiri oleh mungkin bisa disebut sebagai "kapten" kapal ini. Bapak ini sudah agak tua, atau mungkin bisa dipanggil kakek. Kakek ini tersenyum ramah pada saya dan kakak saya yang pada saat itu sedang berdiri dipinggir kapal. Beliau cukup mahir berbahasa inggris, sehingga kami bisa berkomunikasi dengan baik. Beliau bertanya kami darimana, berapa hari di Jepang, sudah kemana aja dll. Kapal pun sudah berlayar lumayan jauh, sudah melewati jembatan yang saya sebutkan tadi. Sejauh mata memandang danau ini bersih, gak ada sampah-sampah di laut. Setelah itu kapal mulai berlabuh kembali di dermaga dan kami pun turun dengan rasa puas.

naik kapal

Perjalanan kami dilanjutkan dengan bis menuju Lake Kawaguchiko dan waktunya tidak terlalu lama. Sampai di sana ternyata awan kembali menyelimuti seluruh bagian gunung Fuji jadi gak keliatan samsek kecuali kakinya sedikit wkwk. Belum rejekinya ya.. Di samping danau ini juga ada taman yang menarik perhatian saya karena bagus dan unik. Tak ketinggalan lagi-lagi ada toko souvenir. Hari sudah mulai menjelang sore, kami pun harus segera kembali ke tempat semula kami datang. Selanjutnya kami pulang ke Tokyo menggunakan bis. Penumpang di bis ini hampir merupakan turis mancanegara semua dan jumlahnya dikit banget. Alhasil kusrsi bis pun banyak yang kosong. Ada yang lebih saya suka dari naik bis ketimbang naik kereta di Jepang. Di bis kita bisa ngeliat Jepang lebih luas, karena melewati berbagai macam tempat. Saya melewati FujiQ yang merupakan wahana bermain seperti di dufan, tapi permainan disini lebih ekstrim. Kami melewati jalan tol dan ternyata  super duper macet. Hari mulai gelap, kami masih terjebak macet di jalan. Setelah berhasil melewati zona macet, akhirnya bis bisa melaju lumayan kencang. Hari sudah gelap. Gemerlap cahaya lampu-lampu mall, rumah, dan layar banner Tokyo menyambut kami dan paling menakjubkan adalah melihat menara Tokyo versi malam hari. Indah. Akhirnya kamipun sampai di tujuan akhir yaitu di Shinjuku, karena kami berniat makan malam disekitar Shinjuku. Sebelum ke restoran halal, kami nyimpang dulu ke Lawson untuk membeli onigiri, seperti biasa makanan pokok selama disini selain ramen wkwk. Selanjutnya kami berjalan beberapa menit dan... sampai. Alhamdulillah masih buka, padahal itu jam 08.30 malem. Karena karagee habis, kami berempat akhirnya makan ramen lagi wkwk, tak apa yang penting makan makanan halal. Kenikmatan yang haqiqi sekali waktu pertama memasukan ramen ke mulut, karena kelaparan yang melanda selama perjalanan. Beres makan kami berjalan kembali menuju stasiun. Sepi banget... mobil udah jarang yang melintas, begitupun orang-orang yang jalan. Beberapa menit kemudian kami pun tiba di apartemen.


lake kawaguchiko

Day-4
Hari ke-4 adalah hari terkahir kami di Tokyo dalam perjalanan ini, karena besoknya kami sudah harus di Tsukuba. Pagi-pagi pun kami packing, memasukkan baju dan oleh-oleh segala macem. Jam 7 pagi kami pun bernagkat sembari menenteng koper keluar apartemen. Tujuan pertama kami adalah menitipkan koper di loker Stasiun Tokyo, karena setelah searching semalaman, saya dan kakak menemukan informasi kalau di Stasiun Tokyo ada penitipan khusus koper. Dari apartemen kami berjalan sebentar menuju stasiun nishikawaguchi. Tampak anak-anak sekolah ngabring jalan kaki menuju sekolahnya. Seragam-seragam mereka mengingatkan di banyak anime hahaha. Kami pun berhasil naik kereta yang alhamdulillahnya gak terlalu penuh. Sampai di stasiun Tokyo kami juga sukses menitipkan barang bawaan dan koper. Barang bawaan seperti ransel kami titipkan di loker, karena luar biasa loker di Stasiun Tokyo ini. Banyak, menyebar, dan ukurannya besar-besar. Jadi ga menyulitkan kami. Salut.

stasiun tokyo

Setelah itu kami keliling-keliling Stasiun Tokyo dulu karena stasiun ini memiliki arsitektur bangunan yang unik. Bangunannya mirip bangunan dulu dan berbeda dari bangunan di Tokyo lainnya. Cat luar bangunannya merupakan perpaduan warna peach dan putih. Suka banget :" Kemudian kami pun langsung naik kereta menuju pasar ameyoko karena katanya disana banyak yang jualan makanan dan souvenir khas jepang. Sampai disana ternyata benar. Toko-toko di kiri kanan menjajakan souvenir mulai dari baju, gantungan kunci, payung, aksesoris, tas, sepatu, segala rupa ada. Awalnya saya berniat cari jaket, tapi begitu liat harganya langsung mengurungkan niat saya ini. Rata-rata 5000 yen keatas wkwk tidaaak.. Tapi harga-harga kaos lumayan standar, jadi saya beralih ke kaos saja. Tak jauh dari toko-toko souvenir, kami memasuki wilayah kios-kios makanan. Luar biasa rame banget. Bahkan banyak banget makanan halalnya, salah satunya adalah kebab. Kami ditawari untuk makan di kios mereka dan setuju, karena udah lumayan kelaparan juga. Pelayannya jago bahasa inggris dan jepang, padahal dari mukanya mirip ada blasteran india. Kami ber-4 memesan menu yang berbeda-beda, saya memesan hamburger yang ternyata ukurannya gede banget, bahkan agak kesulitan untuk menggigitnya. Tapi jangan ditanya rasanya, enak tenan =)) apalagi ditambah minuman orange juice yang kami pesan, alhamdulillah. Setelah kenyang kami pun berjalan lagi menuju masjid, karena sebentar lagi sudah memasuki waktu dzuhur.

Masjidnya berada di antara bangunan-bangunan yang lumayan padat. Berdiri tegak dan nampak dari luar tidak terlalu besar. Lantai 1 dikhususkan bagi ikhwan dan untuk akhwat berada di lantai 2. Tempat solat untuk akhwat ternyata lumayan besar dan nyaman banget. Tempat wudhu dan toilet disediakan di bagian depan. Rasanya sudah memasuki masjid adem banget.. bisa menenangkan diri dari keramaian tadi. Setelah solat, kami bertemu dengan orang-orang Indonesia dan Malaysia yang juga solat di masjid ini. Kebanyakan dari mereka sedang melakukan research di Jepang. Kami pun melanjutkan perjalanan kami dan tujuan selanjutnya adalah Ueno.

Kami pergi ke Ueno menggunakan kereta lagi. Jaraknya cukup dekat. Sampai di Ueno ternyata jumlah orang-orangnya lumayan banyak mulai dari anak-anak hingga dewasa. Di Ueno ada taman besar dan kebun binatang. Taman di Ueno luas, bersih, sejuk karena kiri kanannya dikeliling pohon-pohon. Di sana ada air mancur yang indah banget, dikelilingi berbagai macam bunga warna-warni. Mentari sore pun mulai memaparkan sinarnya ke muka kami. Saatnya melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Tokyo untuk mengambil koper dan dilanjutkan dengan bis menuju Tsukuba. Bis menuju Tsukuba cukup penuh dan tanpa terasa saya tertidur di  tengah-tengah perjalanan.

ueno

Setelah 2 jam melakukan perjalanan hari sudah gelap. Kami pun sampai di Tsukuba. Kesan pertama yang saya rasakan saat baru turun dari bis adalah.. "sepi banget ini" bahkan lebih sepi dari Tokyo. Kendaraan ga ada yang lewat satu pun kecuali bis kami tadi. Setelah itu kami berjalan kaki sedikit.

Day-5
Hari ke-5 adalah hari wisuda kakak saya. Kami pun siap-siap menuju tskuba daigaku setelah dzuhur. Kebetulan dari penginapan kami sekeluarga berangkat bareng dengan teman kakak saya dan keluarganya, style baju kami pun sama, laki-laki pake jas dan perempuan pake kebaya, sehingga kami 2 keluarga menjadi pusat perhatian orang-orang yang lewat wkwk, bahkan sampai di bis pun orang-orang lokal masih mentatap kami sambil tersenyum2. Akhirnya kami sampai di Univ. Universitas Tsukuba luas, gedungnya terpisah-pisah, bersih, dikelilingi pohon-pohon yang udah menguning, dan mobil yang parkir itu dikit. Sebelum menuju tempat wisuda, kami makan dulu di kafetaria/kantin. Kantin yang kami datangi menunya halal semua dan identik dengan makanan indo karena ada menu kayak nasi kuning. Yang uniknya, setelah beres makan, kami harus merapikan kembali meja, alias bekas piring dan gelas makan harus kami taruh di meja khusus untuk piring kotor, yang sebelumnya harus dibuang dulu ke tempat pembuangan sampah jika ada sisa di piring.


Tsukuba daigaku
tsukuba daigaku

Akhirnya tiba juga hari tujuan sebenarnya kami berangkat ke Jepang. Saat itu cuacanya sedang hujan dan anginnya lumayan kenceng, walaupun hujannya hujan gerimis-gerimis. Kemudian kami berjalan lumayan jauh dari kantin menuju ruangan wisuda. Ketika sampai di aula tempat wisuda, saya melihat adanya kesederhanaan dari para wisudawan ini, karena di sini gak pake toga. Bahkan beberapa wisudawan wanita ada yang hanya memakai blazer dan rok aja, ada juga yang hanya pakai baju terusan selutut bahan kaos. Lalu ada yang memakai pakaian hakama, pakaian dari china (mahasiswa asal china), dan pakaian khas dari negara lainnya. Saya perhatikan kalau orang Indo disini pada pake kebaya, beberapa ada yang hakama, dan dress biasa. Kalo kata kakak saya, di Jepang itu gak peduli wisudawan/wisudawati mau pakai baju apa, yang penting bagi mereka itu mahasiswanya dapat ilmu-ilmu setelah wisuda. Ada yang lebih lumayan mengejutkan juga, karena di wisuda ini tidak ada musik-musik yang mengingi sensei-sensei saat datang, atau pun adat-adat mereka yang ditampilkan pada tamu undangan. Sistem wisuda disini simpel banget. Ketua program studi hanya langsung memanggil nama-nama wisudawan/wisudawati. Wisudawan/wisudawati yang dipanggil langsung beranjak berdiri menuju ketua program studi, memberikan hormat (nunduk), dan mengambil ijazah dari ketua progaram studi tersebut, lalu duduk kembali ke kursi. Setelah proses wisuda beres, kami berfoto-foto dan yang paling meramekan sesi foto-foto ini adalah sesungguhnya orang indonesia wkwkwk, terutama dari ppi wilayah ini. Kompak, salut. Paling kompak dibandingkan negara lainnya.


wisuda

Proses wisuda berjalan lancar dan kemudian kami menuju asrama kembali untuk ganti baju dsb. Malamnya atau sekitar bada isya, kami diajak oleh teman-teman kakak saya untuk makan malam di restoran bersama dengan keluarga wisudawan lainnya. Seperti biasa, perjalanan menuju restoran sepi banget. Hujan pun masih mengguyur wilayah Tsukuba ini. Setelah sampai kami langsung memesan makanan. Restoran ini menunya menggunakan bahasa jepang semua sehingga agak lieur untuk dikira-kira wkwk. Alhasil karena pesennya lama maka makanan yang datang pun lumayan lama karena antri dengan keluarga lainnya. Kami pun makan dengan riang sambil bercerita-cerita. Sungguh, suasana kekeluargaan tercipta diantara kami yang merupakan minoritas disini (keluarga muslim).

ngerti gak ya wkwk

Pulang dari dinner bersama anak-anak ppi, kami pulang ke penginapan kembali dan packing untuk pulang besok hari. Seperti biasanya, bawaan pulang lebih banyak daripada bawaan pergi. Sempat ragu apa berat koper memenuhi syarat buat masuk bagasi pesawat.

Day-6
Hari ke-6 kami kembali ke Indonesia menggunakan penerbangan jam 11 siang. Dari Tsukuba kami berangkat menggunakan bis selama 2 jaman untuk sampai ke Haneda. Sepanjang perjalanan di Tsukuba pohon-pohon keliatan banget mulai berubah warna, menguning, beda sama di Tokyo. Rasanya sedih belum ingin pulang ke Indo, karena sejujurnya masih banyak tempat wisata yang indah banget di Jepang sini (liat di internet)., tapi karena saya udah pakai jatah bolos kuliah selama seminggu dan ortu juga harus kerja lagi, jadi di hari ke-6 ini kami harus sudah pulang. Sebelum sampai di Haneda saya menikmati pemandangan Tokyo mulai dari terlihat sungai-sungai besar, Tokyo Skytree, bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dll, dan saya baru tau kalau Haneda itu gede banget bandaranya wkwk, baru nyadar pas masuk pake bis, terminal dan lapangan udaranya luas banget. Sampai di Haneda saya dan kedua ortu saya langsung memasuki pesawat, pas banget, sedangkan kakak saya akan menyusul seminggu lagi karena harus mengurus berkas-berkas kelulusannya. Penerbangan agak sedikit ditunda karena katanya lalulintas penerbangan di Haneda lagi ramai banget. Setelah menempuh perjalanan hampir 8 jam, kami pun sampai di Bandara Soetta dan cangkeul sekali gais wkwk, rasanya ingin buru-buru rebahan di kasur. Kami pun melanjutkan perjalanan menggunakan primjas dan beberapa jam kemudian alhamdulillah sampai di rumah.

tokyo sky tree dari bis

Pengalaman yang berharga banget bisa berkunjung ke negeri sakura. Saya bisa mempelajari budaya-budaya positif orang jepang selama saya pergi kesana kemarin. Semoga bisa berkunjung kesana lagi suatu hari nanti, aamiin ^^



yang terpopuler

how about this blog?